Hasil Penilaian Kinerja Operasional Perusahaan Angkutan Udara Niaga Dalam Pengoperasian Pesawat Udara
Dengan banyaknya terjadi penyimpangan – penyimpangan di lingkungan manajemen, operasional, SDM dan teknis lainnya yang menyimpan latent failure dan sewaktu-waktu menjadi active failure yang mana akumulasi dari keadaan ini apabila berturut-turut terjadi maka dapat mengakibatkan berupa kecelakaan (Accident), kejadian serius (Serious Incident) dan kejadian (Incident).
Dalam rangka memprioritaskan aspek keselamatan, keamanan dan pelayanan publik, maka diperlukan penanganan secara sistematik dan berkelanjutan. Maka dari itu perlu dilakukan penilaian terhadap kinerja perusahaan penerbangan dengan menggunakan 20 butir kriteria penilaian yaitu:
- Tindak lanjut hasil audit (audit follow up)
- Pengawasan dan pemeriksaan ramp check (surveillance & ramp check follow up)
- Manajemen personil (key personil)
- Unit kerja keselamatan (departement of safety /caso)
- Kecelakaan (accident)
- Kejadian serius (serious incident)
- Daftar penundaan perbaikan (hold item list / deferred maintenance item) serta kerusakan yang berulang (repetitive trouble)
- Penegakan hukum (law enforcement)
- Pemenuhan dokumen prosedur perusahaan (compliance company procedure manual)
- Sumber daya manusia/personil
- Kelaikan pesawat udara
- Penghargaan keselamatan dari organisasi indenpenden (safety award from independent and renowned organization)
- Pusat fasilitas perawatan (maintenance base)
- Cabang tempat perawatan (out stations)
- Pemantauan penerbangan (flight following)
- Unit kerja pengendali mutu (quality control department)
- Personil perawatan (maintenance engineering)
- Pelatihan (training) operasi
- Pelatihan (training) teknik
- Sistem pencatatan (recording system)
Dari hasil penilaian diakumulasikan maka dapat ditentukan kategori penilaian sebagai berikut:
- Kategori I
Jika akumulasi nilai >161.
Merupakan Perusahaan Penerbangan yang telah memenuhi persyaratan peraturan keselamatan penerbangan sipil. - Kategori II
Jika akumulasi nilai antara 120 – 160
Merupakan Perusahaan Penerbangan yang telah memenuhi persyaratan standar minimal keselamatan penerbangan sipil namun masih terdapat beberapa persyaratan belum dipenuhi dan tidak mempengaruhi keselamatan penerbangan. - Kategori III
Jika akumulasi nilai < 120
Merupakan Perusahaan Penerbangan yang telah memenuhi persyaratan standar minimal keselamatan penerbangan sipil namun masih terdapat beberapa persyaratan belum dipenuhi dan dapat menurunkan tingkat keselamatan penerbangan.
Berikut ini adalah hasil Audit terhadap Maskapai Penerbangan di Indonesia:
Penilaian Triwulan Kategori Air Operatin Certificate (AOC) 135 (Untuk pesawat penumpang berjadwal berpenumpang < 20 atau borongan) Status Bulan Maret
NO | PERUSAHAAN | KATEGORI | KETERANGAN |
1 | PT. Pelita Air Service | II | Borongan |
2 | PT. Airfast Indonesia | II | Borongan |
3 | PT. Trigana Air Service | II | Borongan |
4 | PT. Travira Utama | II | Borongan |
5 | PT. Derazona Air Service | II | Borongan |
6 | PT. Nlitional Utility Helicopter | II | Borongan |
7 | PT. Deraya Air Taxi | II | Berjadwal penumpang |
8 | PT. SMAC | II | Berjadwal penumpang |
9 | PT. Indonesia Air Transport | II | Borongan |
10 | PT. Gatari Air Service | II | Borongan |
11 | PT. Intan Angkasa Air Service | II | Borongan |
12 | PT. Air Pacific Utama | II | Borongan |
13 | PT. Transwisata Prima Aviation | II | Borongan |
14 | PT. Pura Wisata Baruna | II | Borongan |
15 | PT. Penerbangan Angkasa Semesta | II | Borongan |
16 | PT. Aviastar Mandiri | II | Borongan |
17 | Balai Kalibrasi Penerbangan | II | Kalibrasi |
18 | PT. Ekspres Transportasl Antaroenua | II | Borongan |
19 | PT. Sampoema Air Nusantara | II | Borongan |
20 | PT. Eastindo | II | Borongan |
21 | PT. Gemania Trisila Air | III | Borongan |
22 | PT. Dirgantara Air Service | III | Berjadwal penumpang |
23 | PT. Kura-Kura Aviation | III | Borongan |
24 | PT. Asco Nusa Air | III | Borongan |
25 | PT. Atlas Deltasatya | III | Borongan |
26 | PT. Asi Pudjiastuti | III | Borongan |
27 | PT. Dabi Air Nusantara | III | Borongan |
28 | Survei Udara Penas | III | Borongan |
29 | Survei Udara Penas | III | Tldak aktif |
30 | PT. Helizona* | III | Tldak aktif |
31 | PT. Sayap Garuda Indah* | III | Tidak aktif |
32 | PT. Aviasi Upataraksa Indonesia* | III | Tidak aktif |
33 | PT. Alfa Trans Dirgantara* | III | Tldak aktif |
34 | PT. Prodexim* | III | Tldak aktif |
Penilaian Triwulan Kategori Air Operatin Certificate (AOC) 121 (Untuk pesawat penumpang berjadwal berpenumpang < 30 ke atas) Status Bulan Maret
NO | PERUSAHAAN | NILAI | KATEGORI | KETERANGAN |
1 | Garuda Indonesia | 146 | II | Berjadwal penumpang |
2 | Pelita Air Service | 140 | II | Berjadwal penumpang |
3 | Ekspres Transportasi Antarbenua | 136 | II | Borongan |
4 | Merpati Nusantara Airlines | 132 | II | Berjadwal penumpang |
5 | Sriwijaya Air | 132 | II | Berjadwal penumpang |
6 | Indonesia AirAsia | 128 | II | Berjadwal penumpang |
7 | Wing Abadi Airlines | 127 | II | Berjadwal penumpang |
8 | Lion Mentari Airlines | 122 | II | Berjadwal penumpang |
9 | Trigana Air Service | 122 | II | Berjadwal penumpang |
10 | Travel Express Aviation Service | 121 | II | Berjadwal penumpang |
11 | Mandala Airlines | 120 | II | Berjadwal penumpang |
12 | Riau Airlines | 120 | II | Berjadwal penumpang |
13 | Republic Express Airlines | 120 | II | Kargo |
14 | Trans Wisata Air | 118 | III | Berjadwal penumpang |
15 | Manunggal Air Service | 132 | III | Kargo |
16 | Metro Batavia | 117 | III | Berjadwal penumpang |
17 | Kartika Airlines | 116 | III | Berjadwal penumpang |
18 | Tri MG Intra Asia Airlines | 114 | III | Kargo |
19 | AdamSky Connection Airlines | 97 | III | Berjadwal penumpang |
20 | Jatayu Gelang-Sejahtera | 20 | III | Berjadwal penumpang |
pertanyaan saya adalah apakah dengan pemeringkatan dapat dijamin/mengurangi kejadian kecelakaan pesawat udara.sedangkan pada saat ini justru dpat kta lihat dan dengar bahwa kecelakaan (accident) dan insiden pada pesawat udara justru terjadi pada maskapai yang masuk peringkat 2.Justru menurut saya adalah bagaimana peran pemerintah (regulator) untk mengontrol/mengawasi maintenance sebuah pesawat udara dan juga perusahaan sparepart & perbaikan sparepart yg pda saat ini masih jauh dari kata layak/laik untk dgunakan pd pesawat terbang karena kurangnya fasilitas testbend unt komponen yg mangalami perbaikan sehingga pada saat akan digunakan masalah yg terjadi tidak terselesaikan. dan buntutnya perusahaan/engineer yg dikambinghitamkan yaitu tidak dapat membuat sebuah pesawat udara benar2 laik untk terbang,dan berbuntut pada penilaian/pemeringkatan kinerja perusahaan/airline tsb.
kebanyakan accident terjadi karena human error apa karena pesawat rongsokan di pakai
Kita selalu berbicara masalah pentingnya aspek keselamatan kaitannya dengan moda transportasi udara, namun s/d saat ini implementasi daripada aspek tsb sepertinya menjadi sulit untuk diterapkan. SMS atau safety management sistem sebagai pendekatan sistimatis untuk mengelola keselamatan termasuk struktur organisasi yang diperlukan sampai dengan saat ini belum teraplikasi diseluruh pengelola bandara padahal sebagaimana KM.20 Tahun 2009 seharusnya hal tsb sudah mulai diterapkan demikian juga dengan penerapan sertifikasi bandar udara KM.43 Tahun 2010.