Tahun 2014 Angkasa Pura Airports Laba 1,1 Triliun
Kementerian BUMN menggelar Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Angkasa Pura Airports pertanggungjawaban tahun buku 2014 di Kantor Kementerian BUMN. Seluruh Jajaran Direksi dan Komisaris Angkasa Pura Airports hadir dalam rapat yang dipimpin oleh Deputi Bidang Usaha Energi, Logistik, dan Perhubungan Kementerian BUMN selaku kuasa pemegang saham.
Tahun 2014 menjadi tahun pemenuhan janji janji Angkasa Pura Airports kepada pemegang saham, dimana realisasi dari hasil transformasi mulai terwujud. Tiga bandara utama Angkasa Pura Airports, yaitu Bandara Internasional Juanda Surabaya, Bandara Internasional Sultan Aji Muhammad Sulaiman Sepinggan Balikpapan, dan Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai Bali telah selesai dikembangkan di tahun 2014 lalu.
Sejak tahun 2010, manajemen Angkasa Pura Airports bertekad untuk memperbaiki pendapatan yang tidak hanya bersifat kuantitatif, tetapi juga secara kualitatif. Hal itu tampak dari perbaikan struktur bisnis perusahaan, dengan menjadikan pendapatan non-aeronautika sebagai kontributor penting. Secara bertahap, kami tidak terlalu bergantung pada pendapatan sektor aeronautika yang bertumpu pada tarif, seperti airport charges. Di tahun 2014, pendapatan non-aeronautika tercatat Rp 1,9 triliun, naik 79% dari Rp 1,1 triliun di tahun 2013. Hal ini mendorong peningkatan laba operasi sebesar 70%, dari Rp 693 miliar di tahun 2013 menjadi Rp 1,1 triliun di tahun 2014.
Penguatan bisnis non-aeronautika juga dilakukan dengan pembentukan lima anak perusahaan, yaitu Angkasa Pura Hotel, Angkasa Pura Property, Angkasa Pura Logistik Supports, dan Angkasa Pura Retail. Hingga akhir 2014, pendapatan operasional anak-anak perusahaan telah mencapai Rp 641 miliar. Proporsi pendapatan non-aeronautika Angkasa Pura Airports saat ini telah mencapai 43% dari total pendapatan, jauh meningkat dibanding tahun 2010. Dengan proporsi demikian, maka Angkasa Pura I telah memposisikan bandaranya setara dengan best practices bandara-bandara terbaik di dunia. Mengingat pada prakteknya, bandara-bandara terbaik di dunia memiliki proporsi pendapatan dari sektor non-aeronautika sedikitnya sebesar 40%.